Konspirasi Pelangi

Waktu bergulir sangat cepat

Setiap detik pergerakan jarumnya terasa menyakitkan

Seperti denyut nadi dibalik luka memar

Waktu seakan berjalan diatas tanah yang tidak rata

Bergejolak, terseret namun terus berjalan


Aku memandang ke arah luar

Menatap kosong ke seberang jalan

membawa pikiranku untuk bergerak lambat

dan menggoda apa yang terlintas dalam benak

Aku adalah kumpulan pelangi dalam diriku

bukan air yang mengalir atau pun hujan

yang deras menyapa bumi

aku kendali dalam raga dan kisahku


Tidak peduli beribu pasang mata yang membatasi langkahku,

berjuta kalimat yang terlontar memvonis

aku tetap terperangkap dalam imajinasi liar

yang berpacu membentuk gumpalan awan pikiran


Karena aku bukan bintang atau bulan

tetap sekumpulan pelangi yang membentang

menerangi dan mencerita kisahnya sendiri

walaupun bagi mereka aku redup.

Read Users' Comments (1)comments

Daftar Kata Baku dan Tidak Baku

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.

Kata Baku Tidak Baku

1. Apotek - Apotik

2. Analisis - Analisa

3. Aktivitas - Aktifitas

4. Aktif - Aktip

5. Atlet - Atlit

6. Antre - Antri

7. Admin - Administrator

8. Adiagung - Adi gung

9. Adiguna - Adi guna

10. Azan - Adzan

11. Afdal - Afdol

12. Advokat - Adpokat

13. Adven - Advent

14. Ambulans - Ambulance

15. Amper - Ampere

16. Bus - Bis

17. Cendekiawan - Cendikiawan

18. Detail - Detil

19. Diagnosis - Diagnosa

20. Definisi - Difinisi

21. Eksterm - Ekstrim

22. Eksim - Eksem

23. Ekspor - Eksport

24. Elektrode - Elektroda

25. Elips - Elip

26. Elite - Elit

27. Epos - Ephos

28. Episode - Episod

29. Esens - Esense

30. Etanol - Ethanol

31. Enjin - Engine

32. Frekuensi - Frekwensi

33. Februari - Pebruari

34. Fondasi - Pondasi

35. Hakikat - Hakekat

36. Hafal - Hapal

37. Hierarki - Hirarki

38. Izin - Ijin

39. Ijazah - Ijasah

40. Justru - Justeru

41. Jenazah - Jenasah

42. Jadwal - Jadual

43. Kaidah - Kaedah

44. Kuitansi - Kwetansi

45. Kaidah - Kaedah

46. Karier - Karir

47. Konferensi - konperensi

48. Kategori - Katagori

49. Kualifikasi - Kwalifikasi

50. Kualitatif - Kwalitatif

51. Kuantitatif - Kwantitatif

52. Kualitas - Kwalitas

53. Labah-Labah - Laba-Laba

54. Lazim - Lajim

55. Lafal - Lapal

56. Laskar - Lasykar

57. Leding - Ledeng

58. Lembab - Lembap

59. Limfa - Limpa

60. Linear - Linier

61. Litoral - Literal

62. Lever - Liver

63. Lubang - Lobang

64. Lobi - Loby

65. Lusin - Losin

66. Lotre - Lotere

67. Longmars - Longmarch

68. Masjid - Mesjid

69. Museum - Musium

70. Merek - Merk

71. Metode - Metoda

72. Mungkir - Pungkir

73. Mulia - Mulya

74. Nasihat - Nasehat

75. Narasumber - Nara sumber

76. Objek - Obyek

77. Objektif - Obyektif

78. Provinsi - Propinsi

79. Praktik - Praktek

80. Peduli - Perduli

81. Rongrong - Rong-rong

82. Rematik - Reumatik

83. Resume - Resum

84. Rematik - Reumatik

85. Real - Riil

86. Ritma - Ritme

87. Restoran - Restauran

88. Ruh - Roh

89. Rute - Route

90. Saksama - Seksama

91. Subjek - Subyek

92. Sistem - Sistim

93. Terampil - Trampil

94. Tapai - Tape

95. Tobat - Taubat

96. Tim - Team

97. Tekad - Tekat

98. Teknik - Tehnik

99. Ubah - Rubah

100. Utang - Hutang

Read Users' Comments (0)

Tipisnya Nasionalisme Bahasa Indonesia

Jika membahas soal wilayah negerinya, orang Indonesia selalu tampil nasionalis, fanatik nasionalis bahkan. Timor Timur dulu dihalangi-halangi keluar dari NKRI. Sementara kepada Aceh dan Papua yang juga ingin cabut dari NKRI dihentakkan yel-yel "NKRI Harga Mati." Tapi dalam soal bahasa, orang Indonesia ternyata dengan rakus mencampurkan bahasa asing ke dalam bahasanya sendiri, sampai-sampai muncul istilah indoglish, bahasa Indonesia yang dicampuraduk dengan bahasa Inggris. Bagaimana nasionalisme bahasa bisa begitu rendah di kalangan orang Indonesia? Berikut penjelasan R. Kunjana Rahardi, konsultan bahasa Indonesia di Yogyakarta.

Seperti yang dikatakan oleh Budayawan kita R. Kunjana Rahardi [RKR]: Budaya kita ini kan budaya yang suka gumunan, suka terpesona kepada barangnya orang lain, pada bahasanya orang lain. Semangat untuk menggunakan bahasa sendiri, menggunakan bahasa-bahasa yang lokal, itu hampir tidak muncul.

Namun kepada tidak pada hal wilayah teritorial? Saya pikir itu adalah hal yang tidak dapat dipadupadankan, kedua hal tersebut sangat berbeda. Kenapa hal itu berbeda padahal semuanya kan keIndonesiaan?

Ya, itu benar. Tetapi ini semua kan masalah komunikasi. Masalah peranti komunikasi saja sebenarnya. Jadi kita ini untuk peranti-peranti komunikasi ini betul-betul tidak mempunyai standpoint yang sangat kuat. Juga dalam hal ekonomilah. Bagaimana kita sangat tergiur oleh barang-barang yang datang dari asing. Kalau dipikir-pikir hal tersebut manusiawi sekali.

Sama dengan bahasa ini sebenarnya. Bagaimana kita suka tergiur dengan kata-kata yang berasal dari asing, sedangkan ada kata dalam bahasa Indonesia yang sudah dibakukan. Itu saya kira terpisah dengan masalah teritorial. Kalau masalah itu memang saya kira itu masalah wilayah, masalah hidup-mati. Kalau bahasa ini bukan masalah hidup-mati. Ini masalah komunikasi saja sebenarnya.

Kalau boleh saya mengangkat pendapat Profesor Benedict Anderson, yang mengamati Indonesia juga dari segi bahasa, selain dari segi politik, dalam salah satu esei terakhir tentang Soeharto, eseinya dalam bahasa Inggris, dia menyebut apa yang dikatakannya sebagai historical lobotomy. Artinya kehampaan sejarah, yang dialami oleh Indonesia selama Orde Baru, dan kemudian sesudah Orde Baru sekarang. Kemudian muncul pertanyaan apakah karena orang Indonesia ini dibuat oleh Orde Baru tidak kenal lagi sejarahnya, pangling kepada sejarahnya sendiri, maka mereka lebih tertarik pada hal-hal yang asing-asing itu?

Iya, betul sekali, dan juga pendekatan yang dimunculkan ketika Orde Baru itu kan top-down kan. Demikian pula dalam bidang bahasa. Kenapa kata-kata yang dikodifikasi oleh Pusat Bahasa, tidak dengan mudah diterima oleh masyarakat? Karena itu top-down. Para ahli di Pusat Bahasa itu berkumpul lalu mendaftar kata-kata, kemudian diberikan kepada masyarakat. Bagaimana mereka mau memakai itu?

Harusnya kan mereka meneliti dari masyarakat apa yang digunakan di masyarakat, dikodifikasi, kemudian dibawa ke Jakarta sana, Pusat Bahasa Jakarta sana, kemudian disosialisasikan lagi ke daerah. Kan begitu. Itu salah satu kelemahan kenapa kata-kata Indonesia yang muncul sekarang ini banyak yang tidak diterima oleh masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Karena top-down yang mereka terapkan. Itu saya pikir poin penting yang harus dikatakan (saya pikir ;) ).

Kalau boleh saya juga mungkin sedikit berpendapat nakal. Karena kan pendekatan atas-bawah itu pas dengan corak kekuasaan Orde Baru yang menyeragamkan semua, termasuk menyeragamkan bahasa, dengan demikian bisa menyeragamkan pikiran orang kan. Itu ciri khas kekuasaan mutlak di mana-mana. Di Italia jaman kekuasaan fasis Mussolini itu juga begitu. Jadi banyak kata-kata bahasa Italia yang bagus, yang indah-indah dibuang semua.

Betul. Persis. Dan itu membuat bahasa kita sebenarnya mandul sampai sekarang ini. Jadi banyak sekali kata-kata yang dikodifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kita, yang tidak diterima oleh masyarakat Indonesia. Kata Indonesia, kata sanggal dan mangkus. Diterima nggak itu?

Pasti tidak diterima itu. Sanggal dan mangkus itu terjemahan dari efektif dan efisien dalam bahasa Inggris. Tetapi kata itu hampir tidak pernah dikatakan oleh orang Indonesia sendiri, karena pengkodifikasinya tidak pernah meneliti di masyarakat. Seharusnya kata yang digunakan di masyarakat itu, dikodifikasi. Kemudian dibawa ke Jakarta, dibuat buku dan sebagainya, disosialisikan lagi kepada masyarakat.

Seperti kata selebriti menurut Pusat Bahasa, yang benar adalah selebritas. Tapi sebenarnya yang ada di masyarakat, adalah selebriti. Yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia, itu selebriti juga. Tapi kenapa kita harus menggunakan selebritas. Kata mereka, karena kita harus beranalogi dengan identity menjadi identitas. Bukankah bahasa tidak selalu beranalogi dengan hal yang semacam begitu. Jadi apa yang ada pada masyarakat ini, silakan dikodifikasi, kemudian serahkan kembali pada masyarakat. Dan itu akan digunakan.

Seperti menurut Pak Kunjana kalau begitu bagaimana kita bisa membebaskan Pusat Bahasa ini dari corak kekuasaan Orde Baru? Maka dapat disimpulkan bahwa Pusat Bahasa harus segera bekerja sama dengan researcher bahasa, para linguis, termasuk saya sebenarnya. Supaya apa yang mereka teliti di masyarakat, itu kemudian diterima oleh Pusat Bahasa, kemudian disampaikan kepada masyarakat.

Bukan begitu bukan?

Heheheheeheee………….

Read Users' Comments (0)

Sistem Informasi pada Global Warming

Sistem Informasi Global Warming

Kontroversi pemanasan global (global warming) semakin memanas setelah diterbitkannya sebuah buku fiksi ilmiah State of Fear karya Michael Crichton yang dipublikasikan tahun 2004. Buku ini menggunakan debat hangat mengenai pemanasan global sebagai latar belakang cerita.

Di dalam buku fiksinya itu, Crichton mengajukan fakta-fakta yang menurutnya ilmiah untuk menyanggah teori skeptis pemanasan global dan menuduh adanya sebuah konspirasi eko-terorisme yang mencoba melakukan “pembunuhan massal” agar mendukung pandangan itu.

Crichton berpendapat bahwa teori skeptis pemanasan global sengaja diciptakan untuk menciptakan histeria massa dan akhirnya mendukung upaya-upaya dari pihak-pihak pencetus teori tersebut terutama yang berkaitan dengan politik dan bisnis.

Efek rumah kaca, yang pertama kali dicetuskan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya, salah satunya adalah bumi.

Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda:

1. Efek rumah kaca alami adalah suatu proses alami penyeimbangan suhu udara, sehingga perbedaan suhu udara pada siang hari tidak berbeda jauh dengan malam hari. Artinya suhu panas udara di siang hari akan ditahan oleh efek rumah kaca sebagai cadangan panas udara malam hari ketika matahari berada di belahan bumi lainnya.

2. Efek rumah kaca yang mengalami peningkatan oleh adanya aktifitas manusia adalah kenaikan konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer disebabkan oleh pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bum

Selain gas CO2 sebagai faktor terbesar, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah uap air, sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Kenaikan suhu air laut juga akan menyebabkan samudera melepaskan kandungan CO2-nya yang besar, yakni 50 kali jumlah kandungan CO2 di atmosfir.

Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

Kemudian muncul pertanyaan jika karbon dioksida (CO2) diduga menjadi penyebab pemanasan global, mengapa bisa terjadi pendinginan global antara tahun 1940 dan 1970, ketika konsentrasi CO2 sedang meningkat?

Baiklah Sebenarnya kenaikan temperatur tidak secara keras mengikuti kecenderungan kenaikan CO2 dan gas-gas rumah kaca lainnya (GHGs=Green House Gases) di atmosfir. Sebelum satu abad yang lalu, untuk pertama kali temperatur mengalamim kenaikan, lalu sedikit menurun, kemudian menaik kembali, sementara itu jumlah gas-gas rumah kaca (GHGs) meningkat secara terus-menerus hingga kini.

Tetapi ada sebuah penjelasan yang sederhana: ada banyak faktor sebagai tambahan terhadap efek gas-gas rumah kaca (GHGs) yang mempengaruhi iklim, termasuk sebab-sebab alami seperti perubahan intensitas cahaya matahari yang terjadi setiap waktu, letusan-letusan gunung berapi, dan produksi aktifitas manusia yang menghasilkan emisi seperti penggunaan freon pada AC dan kulkas serta sulfat aerosol pada produk sprey. Variasi intensitas cahaya matahari dapat menyebabkan penghangatan atau pendinginan bumi tergantung arah perubahannya. Erupsi gunung berapi, penggunaan gas freon (CFC) dan sulfat aerosol mempunyai suatu efek pendinginan. Secara faktual semua efek ini akan menghasilkan perubahan temperatur neto, apakah memanas atau mendingin.

Sedikit pendinginan global yang terjadi sekitar tahun 1940 sampai dengan 1970 adalah hasil penurunan intensitas cahaya matahari bersamaan dengan kenaikan yang cepat dari emisi oksida belerang secara global.

Ketika bencana terjadi ada baiknya kita bertanya kepada diri sendiri, kenapa yah ? kok bisa? Apa salah kita?

Namun meskipun pemanasan sedang terjadi, hanya ada bukti kecil yang disebabkan oleh manusia. Mengenai andil atas pemanasan global dengan secara langsung menunjuk suatu penyebab atau penyebab-penyebab secara spesifik adalah hal yang tidak mudah, tapi berbagai bentuk penyelidikan yang mandiri pada akhirnya mengarah pada emisi akibat produksi manusia seperti CO2 dan gas rumah kaca lainnya (GHGs) sebagai penyebab utama. Tidak seorang pun mampu mengemukakan secara konsisten dan menjelaskan dengan kwantitatif bahwa pemanasan yang terjadi selama separuh dari abad ke-20 tanpa menghubungkannya dengan gas rumah kaca (GHG) yang berasal dari aktivitas manusia. Sumber asap utama menunjuk pada emisi yang dihasilkan industri-industri sebagai penyebab pemanasan global sudah diidentifikasi di seluruh dunia dan pemanasan di atmosfer serta samudra-samudra, serta temperatur global di beberapa dekade terakhir secara bertahap menjadi lebih panas dibanding dengan periode waktu lainnya di masa 2.000 tahun yang lalu.

Kemudian muncullah prediksi-prediksi mengenai pemanasan global didasarkan pada kalkulasi-kalkulasi model iklim secara simulasi komputer adalah tidak bisa dipercaya. Mengapa demikian? Model iklim yang dikembangkan dengan lebih maju telah secara menyeluruh dan dipelajari dengan hati-hati oleh kalangan ilmuwan. Sebenarnya proyek model-model ini meliputi cakupan yang luas yakni ini dalam pemanasan bola bumi sampai tahun 2100, yakni sekitar 3 sampai 10 derajat Fahrenheit. Beberapa bagian dari cakupan ini dibangun atas dasar asumsi-asumsi yang berbeda, baik trend ekonomi, teknologi dan demografis yang mempengaruhi emisi CO2, bukan simulasi model atas efek emisi pada iklim. Semua model memprediksikan bahwa peningkatan emisi CO2 akan menjurus kepada peningkatan pemanasan global yang berlanjut dan akan lebih banyak CO2 yang terpancarkan di masa mendatang – berarti semakin banyak bagian bumi yang akan memanas. Proyek-proyek model seperti ini sebetulnya adalah kabat baik karena dengan adanya prediksi semacam ini, maka itu kita disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan mengurangi emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya untuk menghindari pemanasan global yang lebih parah.

Agaknya lebih kepada perasaan tidak nyaman dibanding kekeliruan ilmu pengetahuan seandainya semua orang mempercayai tuduhan-tuduhan tersebut, maka apa yang akan terjadi dengan bumi apabila kita semua membiarkan perusakan alam dan menganggap pemanasan global adalah kebohongan belaka?

Di dunia ini kepastian ilmiah memang susah dimengerti oleh kalangan-kalangan bukan ilmiah, namun fakta adanya perubahan iklim dan dampak langsung dari emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya kiranya cukup untuk membenarkan tindakan pencegahan.

Di dalam kenyataannya, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah potensi-potensi resiko dari pemanasan global di masa depan, dan ongkos yang harus kita bayar apabila sekarang tidak melakukan tindakan apa pun, dibanding dengan jerih payah kecil sebagai tindakan pencegahan sekarang. Sebagai contoh adalah penghematan energi yang dilakukan saat ini selain meningkatkan daya saing ekonomi dan peningkatan pendapatan negara secara langsung, juga akan mengurangi biaya hidup masyarakat dan kemandirian untuk menciptakan sumber energi alternatif.

Nah, kapan lagi? Go, let’s go green.

Read Users' Comments (0)

What is Success ?

What is success?
Confused!
But most people define success with a house has large, have a lot of cars, and around the world.

First, successful people accept life as is, with all the difficulties and challenges. They complain but do not adapt to the situation. Rather than blame the situation or stall, they accept responsibility for the life of their own. They say "yes" to life even though there are negative elements and to seek the best, any situation.

Second, successful people develop and maintain a positive attitude towards life. They find the good in others and the world, and they always seem to find it. They view life as a series of opportunities and possibilities, and they are always exploring opportunities and possibilities are.

Third, successful people build better relationships. They are sensitive to the needs and feelings of others. They are full of grace and sense of respect towards others. They have something to show how the best of themselves by others.

Fourth, successful people have goals and direction of orientation. They know where their goals, set goals, achieve and then set new goals. They accept and enjoy challenges.

Fifth, successful people have a strong desire to learn about life, the world and themselves. They see learning as an excitement, not a burden. They continue to enrich their lives meneris with learning new things and refine them. Successful people always find new things and develop themselves.

Sixth, successful people are those who always take action. They always solve the problem because they are not afraid of hard work, and they do not dissipate time. They take action in a way to build. They do not get stuck in routines or bored because they are too busy looking for new experiences.

Seventh, successful people always maintain a high standard in personalnya behavior. They know honesty is the basis for the main character someone that good. They consistently apply fair, both in private life and their social lives.

Eighth, those who produce the best success in their lives. They reap what they plant them and enjoy their lives.

* This quotation from the book Dr. Hal Urban.

Read Users' Comments (0)

Go Blog

Haii,,,haii,,,haiii,,, I'm coming !
Ini bukan pertama kalinya gw punya blog, tapi kalau dalam hal ini gw anaknya mood2-an.
Pengen update blog yah gw update, tapi kalau lg males yah males za..
hahhahhaha

Intinya saya datang kembali di dunia blogging ini.
nyampahlagi.blogspot.com

Read Users' Comments (1)comments